Metode FIFO
Dalam metode FIFO (First In, First Out), barang yang pertama kali masuk akan dijual atau dikeluarkan terlebih dahulu, sementara barang yang terakhir kali masuk akan dijual atau dikeluarkan di kemudian hari. Metode ini merupakan metode yang paling umum digunakan dalam penilaian persediaan.
Metode FIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa aliran biaya masuk persediaan harus dipertemukan dengan hasil penjualannya. Sebagai akibatnya, biaya per unit persediaan yang masuk terakhir dipakai sebagai dasar penentuan biaya barang yang masih dalam persediaan pada akhir periode (persediaan akhir).
Sebagai contoh, sebuah toko roti menghasilkan 200 roti pada hari Senin dengan harga satuan Rp. 10,000, dan 200 roti lagi pada hari Selasa dengan harga satuan Rp. 15,000. FIFO menyatakan bahwa jika toko roti tersebut menjual 200 roti pada hari Rabu, maka HPP nya (pada laporan laba rugi) adalah Rp. 10,000 per roti, karena ini adalah harga satuan roti pertama dalam persediaan. Roti yang harga satuannya Rp. 15,000 akan dialokasikan untuk mengakhiri persediaan (di neraca).
contoh: Catatan persediaan secara periodik diperlihatkan dalam tabel, atas suatu item. Catatan secara fisik menyatakan tanggal 1 April terdapat persediaan akhir 300 unit. Berapa nilai persediaan akhir tersebut? Berapa harga pokok barang yang dijual untuk periode tersebut?
Metode LIFO
Metode LIFO (Last In, First Out) merupakan metode yang berbanding terbalik dengan metode FIFO. Menurut metode ini, barang yang terakhir masuk lah yang akan dikeluarkan atau dijual terlebih dahulu, sementara barang yang pertama kali masuk ke gudang justru akan dikeluarkan atau dijual di kemudian hari. Metode ini bertujuan untuk memudahkan proses penataan barang, baik itu pemasukkan maupun pengambilan barang persediaan.
Metode LIFO memungkinkan perusahaan untuk dapat menghemat pajak ketika inflasi terjadi, dikarenakan kecilnya laba. Selain itu, laba operasi pada perusahaan tidak akan berpengaruh terhadap laba atau rugi fluktuasi harga yang terjadi. Meskipun demikian, penggunaan metode ini terbilang lebih rumit dibanding metode lainnya dan biaya pembukuannya lebih mahal serta laba/rugi yang dihasilkan lebih rendah.
Metode LIFO sudah tidak diakui lagi oleh standar akuntansi internasional. Begitupun oleh standar akuntansi yang diterapkan di Indonesia. PSAK yang menjadi acuan akuntan Indonesia dalam pembukuan telah menyesuaikan dengan IFRS yang dipakai secara global.
Ada tiga alasan mengapa metode LIFO sudah tidak efektif untuk digunakan dalam menilai persediaan, yakni pertama karena adanya perbedaan laba yang cukup signifikan. Dibandingkan dengan metode FIFO dan FEFO, metode LIFO, terdapat selisih yang cukup jauh dalam laba operasi yang dihasilkan jika menggunakan metode LIFO dalam menaksir persediaan.
Kedua, metode LIFO juga tidak merepresentasikan tingkat biaya persediaan terkini. Hal ini membuat nilai persediaan tidak memiliki nilai yang relevan atau keadaan yang sebenarnya. Pada akhirnya hal ini mengurangi kualitas dari laporan keuangan itu sendiri. Yang terakhir, metode ini juga dapat digunakan untuk memanipulasi pajak.
contoh : Catatan persediaan secara periodik diperlihatkan pada tabel atas suatu item. Catatan secara fisik menyatakan bahwa tanggal 1 April terdapat persediaan kahir 300 unit. Berapa nilai persediaan akhir tersebut? Berapa harga pokok barang yang dijual untuk periode tersebut?
sumber: